Shalat Malam dalam Tinjauan Kesehatan dan Sains



Shalat Malam dalam Tinjauan Kesehatan dan Sains *

Rasulullah SAW bersabda, “Hendaklah kalian mengerjakan sholat malam, karena itu merupakan kebiasaan orang sholeh sebelum kalian, mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari perbuatan dosa, menghapus keburukan, dan mencegah penyakit dari badan”. 1

Sesuai dengan hadits di atas Ibnu AlQayyim, menegaskan bahwa shalat dapat mencegah perbuatan dosa, mengobati penyakit hati, menghilangkan penyakit jasmani, mendatangkan rezeki dan menyehatkan badan serta jiwa”. 2 Dari penjelasan hadist dan apa yang dikatakan Ibnu al-Qayyim menguatkan bahwa shalat malam dapat mencegah atau menolak penyakit dari badan. Ini artinya badan orang yang rajin shalat malam memiliki daya tangkal terbaik terhadap penyakit.



Banyak argumen dan penemuan ilmiah memperkuat kebenaran hadits ini. Di dalam al-Quran dapat dijumpai penjelasan mengenai manfaat shalat, bahwa shalat itu untuk mengingat Allah, “Dan dirikanlah shalat untuk mengingatku” 3 atau shalat itu sarana berhubungan dan berkomunikasi dengan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya apabila salah seorang dari kalian itu berdiri dalam shalatnya, maka sesungguhnya ia sedang berbisik/bercerita kepada rabbnya” 4

Bahwa dengan shalat itu manusia memperbaiki komunikasi dan hubungan dengan Allah sang Pencipta. Manusia tidak boleh putus koneksinya dengan Allah yang Maha Kuasa. Keterputusan manusia dalam koneksi dengan Allah akan mendatangkan banyak ke-mudharat-an dan keadaan bahaya dalam hidup manusia. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berpaling dari mengingatku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. 5

Penghidupan yang sempit adalah nama lain dari depresi, yang diantara sebabnya adalah karena ia tidak terbiasa mengadukan beban dan kepenatan hidupnya. Beban kehidupan manusia membuat manusia mengalami depresi.

Dengan shalat manusia bisa mengadukan keluh kesah kepada penciptanya. Bahkan ia bebas menangis mengeluarkan segala beban dan sesak dihatinya, dan hanya kepada-Nya lah manusia boleh berkeluh kesah. Sehingga dengan shalat seorang hamba telah mengkonsultasikan kehidupannya kepada penciptanya. Inilah sebabnya orang yang rajin shalat mendapatkan ketenangan dan ketentraman dalam kehidupannya.

Dr. Rose Hilferding, seorang psikolog di rumah sakit Boston, Amerika serikat berkata, “Terapi yang paling manjur untuk mengatasi depresi dan kegelisahan adalah si pasien mengadukan segala kepenatannya kepada orang yang paling ia percaya”. 6 Adakah yang lebih bisa dipercaya dalam kehidupan ini selain Allah yang maha kuasa?

Dengan memperbaiki koneksinya dengan Allah maka manusia akan memperoleh jaminan-jaminan, dan perlindungan dalam kehidupannya, dengan demikian ia akan memperoleh ketenangan dalam jiwanya. Allah berfirman, “Ingatlah kalian kepada-Ku maka Aku akan mengingat kalian”. 7

Dan Nabi SAW bersabda, “Kenalilah Allah pada waktu luang maka Allah akan mengenalimu saat susah”. 8 Nabi juga bersabda, “Jagalah (komunikasimu) dengan Allah, maka Allah akan menjagamu”. 9



Orang yang menjaga koneksi dan komunikasinya dengan Allah maka Allah juga menjamin rezekinya, “Wahai anak Adam, beribadahlah sepenuhnya kepada-Ku, pasti Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan menutupi kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan tidak menutupi kefakiranmu”. 10

Shalat juga dikatakan sebagai penerang dalam diri manusia, “Shalat adalah cahaya”. 11 Shalat adalah penolong, “Dan carilah pertolongan dengan sabar dan shalat”. Juga shalat adalah penenang jiwa, “Orangorang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. 12

Dalam studi kontemporer banyak ilmuan menemukan manfaat shalat ini. Imam Ahmad dalam kitab “Al-Musnad” menyebutkan sebuah hadits yang berkaitan dengan hal ini, Nabi SAW, beliau bersabda, “Wahai Bilal, Istirahatkan kita dengan shalat”. 13 Dan Nabi SAW, bersabda, “Dan telah dijadikan penentram jiwaku dengan shalat”. 14

Dalam syarah “Umdatul Ahkam” Jibrin menjelaskan bahwa orang yang melaksanakan shalat dengan tenang “sakinah” maka ia akan mendapatkan kesenangan, kegembiraan dan rileks, inilah yang bisa membuat hati dan badan mendapatkan kenyamanan istirahat. 15

Ketenangan jiwa inilah yang memperbaiki sistem kekebalan tubuh manusia. Meningkatkan imunitas dan antibodi. Berbagai riset dan kajian yang dilakukan dilembaga riset islam di Amerika menyatakan bahwa ketenangan jiwa yang dihasilkan dengan shalat berdampak positif terhadap sistem kekebalan tubuh (antibodi). Sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan khususnya dalam beberapa penyakit yang disebabkan kelainan antibodi, seperti radang persendian, reumatik dan penyakit lupus. Riset ini menerangkan bahwa standar kesembuhan dari penyakit terjadi lebih cepat bagi para pasien yang senantiasa rutin melaksanakan shalat. Karena shalat dapat mengisi hati mereka dengan keimanan, optimisme, ketenangan jiwa, dan ketentraman.



Dengan demikian sistem kekebalan tubuh akan lebih aktif dan bertambah kuat dalam melindungi tubuh. 16 Ketenangan jiwa ini akan jauh lebih baik diperoleh ketika shalat malam.

Inilah sebabnya dikatakan oleh rasulullah bahwa shalat malam itu menolak penyakit.

REFERENSI

1 Imam At-Tirmidzi, al-Jami‟ ash-Shahih Sunan At-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya‟ at-Turats alArabi, Juz 5, hal. 55
2 Hasan bin Ahmad Hammam, et al, Terapi Dengan Ibadah, Kartasura Solo, 2015, PT. Aqwam Media Profetika, hal. 183.
3 QS. 20. Thaha: 14
4 Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah Al-Bukhari, Al-Jami‟ Ash-Shahih, Kairo, Dar Asy-Sya‟b, Cet. I, 1987, Juz 1, hal. 112.
5 QS. Thaha; 124
6 Hasan bin Ahmad Hammam, et al, Terapi Dengan Ibadah, Kartasura Solo, 2015, PT. Aqwam Media Profetika, hal. 228
7 QS. 02. Al-baqarah: 152
8 Imam al-Hakim An-Naisaburi, al-Mustadrak „ala Ash-Shahihaini, Beirut: dar Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1990/1411, juz 3, hal.
9 Imam At-Tirmidzi, al-Jami‟ ash-Shahih Sunan At-Tirmidzi, Beirut, Dar Ihya‟ at-Turats alArabi, Juz 4, hal. 667
10 Muhammad bin Isa Abu Isa at-Tirmidzi As-Silmi, Al-Jami‟ Ash-Shahih Sunan At-Tirmidzi, Dar Ihya‟ At-turats Al-Araby, Beirut, Juz 4, hal. 462.
11 Imam Al-Baihaqi, Sunan Al-Baihaqi Al-Kubra, Makkah al-Mukarramah: Maktabah Dar al-Baar, 1994/1414, juz 1, hal. 42
12 QS. 13. Ar-Ra‟d: 28
13 Hanbali, Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo, Muassasah Qurthubah, Juz 5, hal. 364
14 Hanbali, Ahmad bin Hanbal Abu Abdullah, Musnad Al-Imam Ahmad bin Hanbal, Kairo, Muassasah Qurthubah, Juz 3, hal.285
15 Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Syarah Umdatul Ahkam, tanpa keterangan,Juz.9, hal. 4
16 Hasan bin Ahmad Hammam, et al, Terapi Dengan Ibadah, Kartasura Solo, 2015, PT. Aqwam Media Profetika, hal. 235.
* Warto, warto@umt.ac.id, (Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Tangerang)

ARTIKEL LAINNYA




close

Jika berkenan, silahkan beri ulasan di kolom komentar. Terima Kasih.
Jika Sobat ingin membagikannya ke teman-teman, Silahkan KLIK TOMBOL BERBAGI DI BAWAH INI!

DAFTAR ISI

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Telegram
Share on Whatsapp
Tags :

0 comments:

Posting Komentar